Film 5 cm Diciptakan untuk Gagal
![]() |
(Dokumentasi kawan Rakhmanu Amri, 20 Oktober 2012: Puncak Mahameru)Saya berharap ada yang ‘Wah’ dari film tersebut ketika melihatnya, mengingat saya sudah memiliki pengalaman mendaki di gunung yang sama sebelumnya. Namun, setelah selesai melihat film terserbut ada semacam “kegalauan” di benak saya. Bagaimana bisa? Kok bisa? Dan akhirnya, saya berkesimpulan bahwa film 5 cm jelas bukan film spesial seperti yang banyak digembor-gemborkan selama ini, atau tanpa merendahkan siapapun saya berani mengatakan bahwa 5 cm memang diciptakan untuk gagal sebagai film perjalanan.Saya akan mencoba menguraikan sedikit hal-hal yang membuat saya “galau” dan sikap-sikap lain yang “sak karepe dewe” (semaunya sendiri) dalam film ini:
- 1. Adegan di Stasiun
Sebagai pendaki pemula, karrier yang mereka panggul di punggung masing-masing bisa dikatakan wajar, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Tapi akan menjadi tidak wajar ketika kemudian mereka bermalam dengan tenda yang bisa dikatakan sangat besar. Itu tenda siapa? Bagaimana dan seperti apa mereka membawanya?Ah, itu kan cuma film. Ok.
Dari segi logistik, sebagai pendaki pemula, tidak banyak minum dan makan sepanjang perjalanan bisa dikatakan hebat. Ini bisa saja dilakukan pendaki pemula, tapi dengan perjalanan yang begitu jauh dan menguras tenaga jelas menjadi hal yang tidak wajar jika hanya berbekal satu botol air untuk enam pendaki. Dan juga, pendakian Semeru digambarkan cukup mudah dan singkat. Ya, itu Cuma film.3, Trek Ranu Pane-Arcopodo-Puncak
Dalam film tersebut, pendakian dilakukan dari pos Ranu Pane dan langsung menuju pos Arcopodo. Sebagai pemula dan penduduk kota yang mengaku tak pernah berolah raga bisa melakukan perjalanan dalam sehari dari Ranu Panme-Arcopodo-dan langsung puncak Mahameru sungguh luar biasa. Saya tidak mengatakan tidak bisa. Bisa saja. hanya saja hal itu sangat jarang dilakukan oleh pendaki pemula. Ah, itu kan cuma film. Ok.4. Tempat Angker dan Hujan Abu Vulkanik Inilah adegan yang membuat geli. Ketika sampai di Kalimati, suasana yang awalnya menyenangkan dalam perjalanan mendadak menjadi horor saat mereka lewat di antara pepohonan yang dedaunannya meranggas. Itu jalur mana?? babat alas? Itu jalur yang dibuat sendiri menuju Pos Kalimati! Ah, sudahlah itu kan cuma film. Yang lebih menggelikan lagi adalah ketika ada hujan abu vulkanik di Kalimati. Okelah, di kawah Jonggring Seloka, di puncak Mahameru, memang masih sering terjadi letupan-letupan kecil, tapi abu bisa sampai ke Kalimati? Itu hanya ada di film 5 cm.5. Jalur Maut Menuju Mahameru Nah, ini adalah adegan paling dramatis dan menegangkan dalam film 5 cm, dimana jalur berpasir menuju Mahameru digambarkan seperti jalur maut. Awalnya mereka baik-baik saja sebelum longsoran batu membuat Adinda dan Ian tersungkur di atas pasir. Dilihat dari proses bagaimana Ian tertimpa batu dan terlempar ke bawah, luka kecil di keningnya jelas menunjukkan kuasa Tuhan, dan perkara maut hanya Tuhan yang tahu.Setelah tindakan penyelamatan yang heroik, akhirnya mereka pun sampai di puncak Mahameru dan melakukan pengibaran bendera merah putih. Selamat…6. Skeptis Terhadap Peraturan Untuk merayakan keberhasilan mencapai Mahameru serta meluapkan kekaguman mereka pada kejutan yang diberikan Genta, mereka pun menceburkan Genta ke Ranu Kumbolo. Setelah berhasil menceburkan Genta, mereka semua menceburkan diri ke Danau, kecuali Adinda. Tapi…… Eits! Di sana ada peraturan dilarang mandi, mas! Terlalu…! (Dokumentasi pribadi, 19 Oktober 2012: Peringatan dilarang mandi di selter Ranu Kumbolo. Sekarang sudah tidak ada, tapi bukan berarti sudah boleh mandi di danau. Peraturan terbaru terdapat di surat-surat setelah izin di Ranu Pane)Sebagai penikmat film (dan bukan berarti pandai dalam mengapresiasi film), setidaknya saya masih bisa sedikit menikmati bagaimana film ini berusaha menunjukkan pentingnya persahabatan dan mencoba mengeksplorasi keindahan Semeru, namun ada banyak hal yang dilupakan oleh film ini, bahwa mendaki Semeru tidak semudah film 5 cm. (Dokumentasi kawan Lintang Aditya, 19 Oktober 2012: Menuju Oro-Oro Ombo)Dalam pendakian gunung manapun, diperlukan persiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang cukup untuk menjaga keamanan diri sendiri dan kawan lainnya, dan itu yang tidak dicermati dalam film ini. Hal lain yang dilupakan oleh film ini adalah pesan moral tentang pendakian, termasuk tentang kebersihan alam dan ketaatan terhadap peraturan.“Tidak ada nilai edukasi semisal kepedulian terhadap lingkungan. Bukan kurang namun tidak ada sama sekali yang bisa menggerakkan untuk peduli kepada kebersihan kawasan Gunung Semeru.”Sukaryo, aktivis Pecinta Alam Semeru (PAS) kepada Tempo, Ahad, 19 Mei 2013. (Dokumentasi kawan Rakhmanu Amri, Desember 2012: Puncak Mahameru terlihat dari Pos Kalimati)Seiring banyaknya pendaki yang ingin menjenguk Semeru, terutama setelah film ini dirilis, kapasitas sampah juga semakin banyak. Kesalahan memang tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada film, melainkan dibutuhkan kesadaran masing-masing pendaki. Hanya saja, sebagai film yang diyakini menarik banyak penonton, seharusnya diselipkan pesan-pesan moral untuk tetap menjaga kebersihan alam indonesia tercinta kita. Salam Lestari! (*)
Komentar
Posting Komentar